Mengenal Penyakit Hepatitis

Apa Itu Penyakit Hepatitis?
Jangan anggap remeh penyakit hepatitis. Hepatitis B dan C dapat berkembang menjadi sirosis (pengerasan hati), kanker hati dan komplikasi lainnya yang dapat mengakibatkan kematian!
Dalam masyarakat kita, penyakit hepatitis biasa dikenal sebagai penyakit kuning. Sebenarnya hepatitis adalah peradangan organ hati (liver) yang disebabkan oleh berbagai faktor. Faktor penyebab penyakit hepatitis atau sakit kuning ini antara lain adalah infeksi virus, gangguan metabolisme, konsumsi alkohol, penyakit autoimun, hasil komplikasi dari penyakit lain, efek samping dari konsumsi obat-obatan maupun kehadiran parasit dalam organ hati (liver).
Lalu mengapa masyarakat kita menyebutnya sebagai penyakit kuning? Begini penjelasannya. Salah satu gejala penyakit hepatitis (hepatitis symptoms) adalah timbulnya warna kuning pada kulit, kuku dan bagian putih bola mata.
Peradangan pada sel hati dapat menyebabkan kerusakan sel-sel, jaringan, bahkan semua bagian dari organ hati (liver). Jika semua bagian organ hati (liver) telah mengalami kerusakan maka akan terjadi gagal hati (liver) yang menyebabkan kematian.
Meskipun saat ini telah ada teknologi pencangkokan/transplantasi organ hati (liver) untuk mengganti organ hati (liver) yang telah tidak berfungsi, tetapi selain biayanya sangat mahal, kesuksesan pencangkokan hati hingga saat ini masih sangat kecil persentasenya.

Hepatitis Akut vs Kronis
Gangguan pada organ hati (liver) biasanya terjadi secara laten alias sulit terdeteksi. Organ hati (liver)tidak memberikan gejala maupun tanda yang spesifik jika terjadi gangguan, kecuali jika gangguan yang terjadi telah cukup parah.
Hepatitis dapat berlangsung singkat (akut) kemudian sembuh total. Namun dapat pula berkembang menjadi masalah menahun (kronis). Tingkat keparahan hepatitis bervariasi, mulai dari kondisi yang dapat sembuh sendiri secara total, kondisi yang mengancam jiwa, menjadi penyakit menahun, hingga gagalnya fungsi hati (liver).
Serangan hepatitis akut dapat terjadi tiba-tiba tanpa gejala awal atau bertahap. Biasanya, hepatitis akut berlangsung dalam periode 1 hingga 2 bulan. Kerusakan akibat hepatitis akut biasanya hanya mengenai sebagian kecil jaringan hati saja. Namun jika daya tahan tubuh pasien dalam keadaan buruk hepatitis akut dapat mengancam jiwa.
Sedangkan hepatitis kronis terjadi jika sebagian hati (liver) yang mengalami peradangan berkembang sangat lambat, tetapi sebagian lain dapat menjadi aktif dan semakin memburuk dalam hitungan tahun. Akibat dari hepatitis kronis yang memburuk adalah terjadinya sirosis atau kanker hati. Keduanya sering berakhir pada kematian.

Gejala Penyakit Hepatitis
Hati-hati, bahaya penyakit hepatitis terkadang bersifat laten. Hati mengalami kerusakan tanpa menimbulkan gejala yang dapat disadari oleh penderita. Gejala klinis baru disadari saat hati sudah dalam kondisi parah.
Pada fase awal, penderita penyakit hepatitis belum merasakan gejala yang spesifik. Keluhan yang umum dirasakan penderita adalah mual, muntah, tidak nafsu makan, lemas, mudah lelah, stamina menurun dan kebutuhan akan tidur meningkat. Nafsu makan yang buruk dan nyeri ulu hati sering dijumpai pada hepatitis akut atau hepatitis kronis yang telah berkembang menjadi sirosis (cirrhosis). Gejala-gejala tersebut di atas juga biasa disertai dengan demam.
Gejala fisik yang mudah terlihat adalah urine berwarna gelap, feses berwarna putih, sedangkan kuku, kulit dan bagian putih mata berwarna kuning. Perut bagian atas membesar dan penurunan berat badan juga biasa dialami penderita penyakit hepatitis.

Penyebab Penyakit Hepatitis
Penyebab hepatitis bermacam-macam. Pada prinsipnya penyebab hepatitis terbagi atas infeksi dan bukan infeksi. Penyebab-penyebab tersebut antara lain:
- Infeksi virus
- Komplikasi dari penyakit lain
- Alkohol
- Obat-obatan atau zat kimia
- Penyakit autoimum

Jenis-Jenis Hepatitis
Jenis-jenis penyakit hepatitis terbagi berdasarkan penyebabnya yaitu:

Hepatitis A
Hepatitis A merupakan tipe hepatitis yang paling ringan. Infeksi virus hepatitis A (VHA) biasanya tidak sampai menyebabkan kerusakan jaringan hati (liver) yang parah. Mayoritas mereka yang terinfeksi oleh virus ini dapat pulih sepenuhnya. Hepatitis A menular melalui makanan atau minuman yang terkontaminasi oleh VHA.

Hepatitis B
Hepatitis B merupakan jenis hepatitis yang berbahaya. Jenis hepatitis ini merupakan jenis yang paling mudah menular dibanding jenis hepatitis yang lain. Hepatitis B menular melalui kontak darah atau cairan tubuh yang mengandung virus hepatitis B (VHB). Seseorang dapat saja mengidap VHB tanpa disertai gejala-gejala klinik ataupun kelainan dan gangguan kesehatan. Orang tersebut disebut pembawa VHB atau carrier VHB.
Seseorang dapat menjadi carrier karena individu tersebut mempunyai pertahanan tubuh yang baik atau karena VHB-nya yang tidak aktif. VHB yang tidak aktif menyebabkan mekanisme pertahanan tubuh tidak dapat mengenalinya sebagai musuh sehingga sistem imunitas tidak melakukan perlawanan. Suatu saat jika pertahanan tubuh individu tersebut melemah atau VHB-nya menjadi aktif maka individu yang bersangkutan akan memperlihatkan gejala klinis hepatitis (hepatitis symptoms).
Carrier VHB jumlahnya relatif banyak. Carrier VHB juga berpotensi menularkan hepatitis B. Sebagian besar orang yang terinfeksi virus ini akan sembuh. Hanya sebagian kecil saja yang berakhir pada kematian karena daya tahan tubuhnya sangat rendah. Sekitar 10% kasus hepatitis B akan berkembang menjadi hepatitis menahun (kronis). VHB pada penderita hepatitis B kronis dapat menjadi tidak aktif, namun sebagain lagi dapat menjadi aktif dan memperburuk kondisi hepatitis. Pada kasus terakhir inilah akhirnya biasa terjadi sirosis, kanker hati atau gagal hati yang berakhir pada kematian.
VHB dapat ditemukan dalam darah, air liur, air susu ibu, cairan sperma atau vagina penderita. Penularan hepatitis B terjadi melalui kontak darah, cairan tubuh ataupun material lain yang terinfeksi seperti jarum suntik, alat-alat bedah yang tidak steril, peralatan dokter gigi yang tidak steril, jarum akupunktur, jarum tato, jarum tindik yang tidak steril. Penggunaan bersama alat-alat yang dapat menimbulkan luka dapat menjadi media penularan VHB, sepeti pisau cukur, sikat gigi, gunting kuku, dan lain-lain. Penularan hepatitis B dapat juga terjadi dari ibu yang menerita hepatitis B kepada janin yang dilahirkannya. Karena VHB dapat ditemukan di sperma maupun cairan vagina, maka penularan dapat terjadi pula melalui hubungan seksual.

Hepatitis C
Hepatitis C dapat menyebabkan peradangan hati yang cukup berat. Diperkirakan 80% infeksi virus hepatitis C (VHC) berkembang menjadi hepatitis kronis dan dapat menyebabakan sirosis ataupun kanker hati. Pada hepatitis C, peradangan yang berkembang menjadi sirosis ataupun kanker hati memakan waktu yang relatif lebih singkat daripada apa yang terjadi pada kasus hepatitis B. Hepatitis C menular melalui darah, biasnya karena transfusi atau jarum suntik yang terkontaminasi VHC.

Hepatitis D
Hepatitis D sering dijumpai pada penderita hepatitis B. Mengapa demikian? Jawabnya adalah virus hepatitis D atau VHD ukurannya sangat kecil dan sangat tergantung pada virus hepatitis B atau VHB. VHD membutuhkan selubung VHB untuk dapat menginfeksi sel-sel hati (liver). Tak menherankan jika cara penularan VHD sama dengan penularan VHB.
Seseorang dapat terjangkit hepatitis B dan D akut secara bersamaan. Sebagian besar dapat sembuh dengan sendirinya tergantung ketahanan tubuhnya. Penderita hepatitis B kronik dapat terkena hepatitis D akut, dan biasanya hepatitis D nya berubah menjadi kronis. Kasus tersebut dapat juga berkembang menjadi sirosis hati dalam waktu lebih singkat.

Hepatitis E
Hepatitis E bersifat menyerupai hepatitis A begitu pula dengan cara penularannya. Namun tingkat keparahannya penyakitnya lebih ringan dibanding hepatitis A. Seperti hepatitis A, hepatitis E sering bersifat akut dengan masa sakit singkat namun jika penderita dalam kondisi ketahanan fisisk lemah, hepatitis E dapat parah hingga menimbulkan kegagalan fungsi hati (liver). Virus hepatitis E atau VHE menyebar melalui makanan dan minuman yang tercemar feses yang mengandung VHE.

Hepatitis F

Hepatitis G
Hepatitis G memiliki sifat dan cara penularan yang hamir sama dengan hepatitis C, yaitu melalui darah. Hepatitis G biasanya berlangsung kronis tetapi sampai saat ini hepatitis G diketahui tidak menyebabkan efek yang serius.
Hepatitis karena komplikasi penyakit lain
eberapa penyakit ataupun gangguan metabolisme tubuh dapat menyebabkan komplikasi pada hati (liver). Diabetes mellitus, hiperlipidemia (berlebihannya kadar lemak dalam darah) dan obesitas sering menyebabkan penyakit hati (liver). Ketiga kelainan tersebut membebani kerja hati (liver) dalam proses metabolisme lemak. Akibat yang biasa timbul adalah kebocoran sel-sel hati (liver) yang berlanjut menjadi kerusakan dan peradangan sel hati (liver) yang biasa disebut steatohepatitis. Pola makan dan gaya hidup yang salah biasa menjadi pangkal dari kasus-kasus steatohepatitis.
Terapi steatohepatitis lebih ditujukan kepada penyakit yang menyebabkannya. Penderita diabetes mellitus diberi terapi diet rendah gula, insulin atau obat anti diabetes. Penderita hiperlipidemia diterapi dengan diet rendah lemak dan obat penurun kadar lemak (hipolipidemik). Sedangkan penderita obesitas diterapi dengan program penurunan berat badan secara bertahap. Masalah yang timbul pada hati (liver) umumnya membaik jika penyakit penyebabnya berhasil ditangani.

Hepatitis akibat infeksi virus
Hepatitis akibat konsumsi alkohol
Hepatitis akibat konsumsi obat-obatan atau zat kimia
Hepatitis karena penyakit autoimun

Pencegahan Hepatitis
Penyakit hepatitis sebenarnya dapat dicegah. Dengan mengetahui penyebab hepatitis dan cara penularannya kita dapat mencegah penyebaran penyakit ini.

Pencegahan Hepatitis A
Pencegahan dapat dilakukan dengan tepat jika kita mengetahui cara-cara penularan berbagai penyakit hepatitis. Hepatitis A menular melalui makanan dan minuman yang tercemar feses penderita hepatitis A. Kebiasaan jajan makanan dan minuman di sembarang tempat meningkatkan resiko tertular penyakit hepatitis A. Makanan mentah maupun setengah matang berpotensi terkontaminasi virus ini.

Beberapa cara pencegahan terhadap penyakit hepatitis A:

1. Imunisasi
Imunisasi sangat efektif mencegah infeksi suatu penyakit. Setelah imunisasi tubuh akan menghasilkan antibodi yang merupakan zat kekebalan tubuh terhadap penyakit tersebut. Imunisasi hepatitis A diberikan pada anak-anak usia antara 2 hingga 18 tahun sebanyak satu kali. Orang dewasa membutuhkan imunisasi ulang (booster) setelah 6 hingga 12 bulan imunisasi pertama. Kekebalan yang didapat dari imunisasi ini dapat bertahan selama 15 hingga 20 tahun. Namun seseorang yang telah diimunisasi dapat terkena hepatitis A jika ia terinfeksi VBA antara waktu 2 hingga 4 minggu setelah imunisasi, karena pada saat itu tubuh belum menghasilkan antibodi dalam jumlah cukup.

Mereka yang sebaiknya mendapatkan imunisasi ini adalah:
- Pekerja restoran atau yang biasa menangani makanan
- Remaja yang tinggal di asrama pelajar yang mengalami kontak erat dengan teman-temannya.
- Pekerja dan anak-anak pada tempat penitipan anak.
- Orang yang menderita penyakit hati menahun
- Pekerja laboratorium

2. Imunitas sementara
Mereka yang sering bepergian ke daerah lain sebaiknya mendapatkan kekebalan sementara untuk mencegah infeksi VHA terutama jika daerah tujuannya adalah daerah endemik hepatitis A atau daerah yang sanitasinya buruk. Imunitas sementara dapat diperoleh dengan pemberian immunoglobulin (Ig). Ig untuk pencegahan hepatitis A berisi antivirus hepatitis A yang sangat efektif setelah 2 minggu pemberian. Untuk mereka yang harus menetap di daerah endemic, Ig anti VHA sebaiknya diulang setiap 3 hingga 5 bulan.

3. Menjaga kebersihan
Mencuci tangan dengan menggunakan sabun setiap kali selesai buang air besar dan kecil sangat dianjurkan untuk menghambat penularan VHA. Hal yang sama perlu dilakukan pula pada saat sebelum makan, mengolah dan menyiapkan makanan. Awasi dan berikan pngertian pada anak-anak agar tidak memasukkan benda-benda ke dalam mulutnya.

Pencegahan Hepatitis B
Pencegahan terhadap hepatitis B dapat dilakukan dengan beberapa sebagai cara berikut:

Imunisasi
Imunisasi lengkap hepatitis B dapat mencegah infeksi VHB selama 15 tahun. Imunisasai hepatitis B diberikan sebanyak 3 kali. Imunisasi pertama dan kedua diberikan dalam jarak 1 bulan. Sedangkan imunisasi ketiga diberikan 5 bulan setelah imunisasi kedua. Pemberian imunisasi hepatitis B sebaiknya sedini mungkin yaitu saat bayi hendak pulang dari rumah bersalin.
Bagi orang dewasa sebelum diimunisasi, sebaiknya dilakukan terlebih dahulu pemeriksaan untuk melihat kadar anti HBS. Anti HBS adalah antibodi terhadap antigen permukaan VHB (HBs-Ag). Dengan begitu dapat dinilai apakah tubuh telah memiliki kekebalan terhadap hepatitis B atau tidak. Jika tubuh telah memiliki cukup kekebalan terhadap hepatitis B maka imunisasi hepatitis B tidak diperliukan lagi. Namun pada kenyataannya pemeriksaan kadar anti-HBs lebih mahal daripada harga vaksin hepatitis B. Dengan begitu bagi mereka yang beresiko tinggi tertular VHB imunisasi bisa langsung diberikan.
Imunisasi hepatitis B sangat dianjurkan untuk kelompok orang berikut:
- Bayi baru lahir
- Anak dan remaja yang belum mendapat imunisasi hepatitis B
- Keluarga yang salah satu anggota keluarganya terinfeksi virus hepatitis B
- Pekerja medis
- Pekerja laboratorium
- Penderita gangguan penyakit yang sering cuci darah atau mendapat transfusi darah.
- Pekerja seks
- Pengguna narkoba
- Pecinta tato

Tidak menggunakan barang orang lain
Barang-barang yang dapat menyebabakan luka dapat menjadi media penularan virus hepatitis B. Barang-barang tersebuat antara lain pisau cukur, gunting kuku, sikat gigi, dan lain-lain.

Melakukan hubungan seks sehat dan aman
Melakukan hubungan seks dengan bergonta ganti pasangan beresiko tinggi tertular hepatitis B. Jika suami atau istri terinfeksi hepatitis B maka sang suami wajib menggunakan kondom saat berhubungan seksual.

Jika terinfeksi hepatitis B jangan mendonorkan darah
Palang merah Indonesia akan melakukan serangkaian pemeriksaan pada darah yang di donorkan. Jika ternyata sejumlah darah pada bank darah terinfeksi virus hepatitis B maka darah tersebut akan dimusnahkan.

Bersihkan ceceran darah
Jika ada ceceran darah meski sedikit harus segera dibersihkan. Penggunaan larutan pemutih pakaian diyakini dapat membunuh virus.

Pencegahan Hepatitis C
Hingga saat ini belum ditemukan vaksin yang dapat digunakan untuk mencegah hepatitis C. Sedangkan pencegahan lainnya dapat dilakukan dengan cara yang sama seperti pada pencegahan infeksi virus hepatitis B yaitu:

Tidak menggunakan barang orang lain
Barang-barang yang dapat menyebabkan luka dapat menjadi media penularan virus hepatitis C. Barang-barang tersebuat antara lain pisau cukur, gunting kuku, sikat gigi, dan lain-lain.
Melakukan hubungan seks sehat dan aman

Hubungan seks dengan bergonta ganti pasangan beresiko tinggi dalam penularan hepatitis C. Jika suami atau istri terinfeksi hepatitis C maka sang suami wajib menggunakan kondom saat berhubungan seksual.

Jika terinfeksi hepatitis C jangan mendonorkan darah
Palang merah Indonesia akan melakukan serangkaian pemeriksaan pada darah yang di donorkan. Jika ternyata sejumlah darah pada bank darah terinfeksi virus hepatitis C maka darah tersebut akan dimusnahkan.

Bersihkan ceceran darah
Jika ada ceceran darah meski sedikit harus segera dibersihkan. Penggunaan larutan pemutih pakaian diyakini dapat membunuh virus.

Pencegahan Steatohepatitis
teatohepatitis adalah perlemakan hati yang mengalami peradangan. Seharusnya sel-sel hati (liver) tidak mengandung lemak dalam jumlah berlebihan. Namun jika terjadi ketidakseimbangan dalam metabolisme lemak dan karbohidrat maka lemak bisa tertimbun di dalam sel hati (liver). Diabetes mellitus, hiperkolesterolemia, hipertrigliserida, obesita dan konsumsi alcohol dapat menyebabkan gangguan metabolisme lemak. Timbunan lemak dalam sel hati akan memperberat beban kerja sel-sel hati (liver) sehingga sel-sel tersebut mudah mengalami kerusakan.

Cara mengatasi perlemakan hati (liver) dan peradangan hati (liver) akibat perlemakan hati (liver) antar lain:
Obesitas diatasi dengan diet rendah lemak dan olahraga secara teratur. Penurunan berat badan secara bertahap dapat memperbaikin kondisis jaringan hati (liver).
Diabetes mellitus diberikan terapi diet rendah gula, rendah karbohidrat, pemberian insulin atau obat anti diabetes.
Hiperkolestrol dan hipertrigliserida diterapi dengan diet rendah lemak, olahraga dan obat-obatan penurun kadar kolesterol dan trigliserida.
Hindari mengkonsumsi alkohol
Perbanyak konsumsi buah dan sayuran yang banyak mengandung antioksidan, vitamin C, E dan betakaroten seperti apel, jeruk, wortel, tomat, bayam, dan mangga. Pemberian antioksidan kadang juga diperlukan.

Mendeteksi Penyakit Hepatitis
Agar tujuan kesembuhan tercapai, pengobatan hepatitis harus dilakukan sesuai dengan diagnosis yang tepat. Dokter menentukan diagnosis berdasarkan anamnesis, pemeriksaan fisik, pemeriksaan laboratorium dan pemeriksaan penunjang lainnya seperti USG, sinar X, CT scan, atau MRI.
Anamnesis adalah wawancara yang dilakukan dokter kepada pasien untuk memperoleh informasi tentang keluhan dan gejala penyakit yang dirasakan pasien. Selain itu dokter juga dapat mengetahui informasi tentang semua hal yang diperkirakan sebagai penyebab penyakit hepatitis serta proses pengobatan yang pernah dilakukan oleh pasien.
Pemeriksaan fisik dilakukan untuk melihat adanya tanda-tanda kelainan atau gangguan pada tubuh pasien. Pemeriksaan laboratorium berguna untuk memastikan diagnosis jenis penyakit hepatitis. Sedangkan pemeriksaan penunjang berguna untuk menentukan letak kelainan ataupun menilai parah tidaknya penyakit tersebut.

Pengobatan Penyakit Hepatitis
Saat ini telah banyak jenis pengobatan yang diberikan pada pasien penyakit hepatitis. Pengobatan yang diberikan dapat berupa tindakan medis (kedokteran) maupun non medis. Tindakan non medis antara lain adalah akupunktur, akupresure, reflesiologi, pengobatan herbal, dan lain-lain. Tindakan non medis ini dapat diberikan sebagai tindakan komplementer dari tindakan medis ataupun alternatif.
Terapi secara medis dapat berupa terapi suportif, simtomatis dan kausatif. Terapi suportif adalah terapi yang membantu agar fungsi-fungsi penting tubuh tetap bekerja dengan baik. Terapi simtomatis diberikan pada pasien untuk meringankan gejala penyakit. Sedangkan terapi kausatif berguna untuk menghilangkan penyebab dari penyakit hepatitis itu sendiri, biasanya berupa antivirus pada kasus penyakit hepatitis yang disebabkan oleh virus.
Terapi medis untuk kasus hepatitis B kronis bertujuan untuk menekan replikasi virus hepatitis B (VHB). Tujuan jangka pendek pengobatan ini adalah membatasi peradangan hati dan memperkecil kemungkinan fibrosis (jaringan ikat) pada hati maupun sirosis. Sementara tujuan jangka panjangnya adalah mencegah meningkatnya kadar serum transminase dan komplikasi hepatitis yang lebih buruk.
Terapi medis yang biasa diberikan pada penderita penyakit hepatitis diantaranya adalah:
1. Istirahat di tempat tidur
2. Pola makan sehat
3. Pemberian obat dan antivirus

Tidak ada komentar: